Banyak
ahli yang mencoba menafsirkan apa definisi dari mahasiswa, jika kita
artikan secara estimologinya kata “Mahasiswa” di bentuk dari dua kata
yakni “Maha” yang artinya tinggi dan “siswa” yang diartikan pelajar/
peserta didik jadi definisi dari mahasiswa adalah pelajar yang paling
tinggi levelnya.
Sebagai pelajar yang levelnya paling tinggi seorang mahasiswa tentu memiliki keilmuan yang levelnya tinggi pula, karena proses yang di alaminya dalam menempuh mahasiswa sangat luar biasa panjang (12 tahun) kemudian tinggal disempurnakan di perguruan tinggi.
Ketakutan
ini seharusnya menjadi bahan pemikiran untuk semua institusi perguruan
tinggi dalam menyiapkan calon lulusannya, bekal keilmuan saja tidak
cukup, harus kemudian dibebankan dengan kemampuan yang mampu menjawab
tantangan dunia kerja. Miris kemudian jika kita melihat angka
pengangguran terdidik ini akan semakin membengkak tahun demi tahun,
dengan secara tidak sadar kita sudah membuktikan bahwa kualitas pendidikan kita di Indonesia belum mampu menjadi Investasi bangsa di masa depan.
Sudah saatnya perguruan tinggi sebagai institusi tertinggi dalam pendidikan Indonesia untuk memperhatikan hal ini bukan kemudian hanya menjadikan mahasiswa sebagai sapi perah untuk menghidupkan sebuah perguruan tingginya. Kualitas intelektual memang harus tetap dilakukan demi kelancaran proses belajar (pengetahuan) mahasiswa tetapi kemampuan secara emosional juga harus dikembangkan seiring dengan kemajuan zaman yang sangat kompetiif.
Sebagai pelajar yang levelnya paling tinggi seorang mahasiswa tentu memiliki keilmuan yang levelnya tinggi pula, karena proses yang di alaminya dalam menempuh mahasiswa sangat luar biasa panjang (12 tahun) kemudian tinggal disempurnakan di perguruan tinggi.
Jika
melihat kehidupan mahasiswa hari ini penuh dengan liku-liku perjalanan,
pahit dan manis dirasakan menjadi seorang mahasiswa hanya demi
mengharapkan penghidupan yang layak dikemudian hari. Impian menjadi
seorang sarjana adalah hal utama yang ingin dicapai dalam setiap tidur
dan angan seorang mahasiswa.
Tidak perduli akan apa dan bagaimana pasca
mahasiswa target utama adalah bagaimana menjadi seorang sarjana. Dalam menjalani kehidupannya sebagai seorang mahasiswa, banyak ditemukan tipe dan karakter mahasiswa-mahasiswa seperti :
1.
Mahasiwa Akademis ; mahasiswa ini adalah mahasiswa yang tidak mau tahu
akan apapun permasalahan yang terjadi dilingkungnnya sebab target mereka
hanya mengejar gelar sarjana kemudian lulus mencari kerja untuk
kehidupannya sendiri.
2.
Mahasiswa Hedonis ; mahasiswa yang satu ini cenderung lebih parah
dengan mahasiswa apatis karena tipe mahasiswa ini adalah mahasiswa yang
kuliah tidak pernah dipikir sarjana tidak pernah terpikir hanya
berkarakter konsumtif biasanya terjadi kepada anak-anak yang sering
menganggap keluarganya sudah mampu menghidupinya
3.
Mahasiswa Organisatoris : mahasiswa ini lebih cenderung kepada
memikirkan organisasi, dengan skema pagi bangun menyalahkan negara
(demo), siang meninggalkan negara (kelelahan) dan malam berdiskusi di
pinggir jalan. Tetapi mahasiswa ini cenderung masih berfikir tentang
kelangsungan masyarakatnya saja dan kulyahnya biasanya terabaikan.
Sudah saatnya perguruan tinggi sebagai institusi tertinggi dalam pendidikan Indonesia untuk memperhatikan hal ini bukan kemudian hanya menjadikan mahasiswa sebagai sapi perah untuk menghidupkan sebuah perguruan tingginya. Kualitas intelektual memang harus tetap dilakukan demi kelancaran proses belajar (pengetahuan) mahasiswa tetapi kemampuan secara emosional juga harus dikembangkan seiring dengan kemajuan zaman yang sangat kompetiif.